Sabtu, 19 Februari 2011

hubungan teori statistika dengan ilmu psikologi sehari

Teori statistika dan psikologi sehari – hari

Ilmu psikologi selalu berkitan dengan ilmu lain seperti psikologi dengan antropologi yang membahas manusia dengan budaya – budaya tertentu, psikologi dengan sosiologi yang membahas perilaku dengan kelompok, psikologi dengan ekonomi membahas perilaku yang berhubungan dengan pertukaran barang dan jasa, psikologi dengan filsafat membahas cara berfikir perilaku dari rasa sangsi sampai bisa dipertanggung jawab kan kebenarannya, psikologi dengan matematika membahas tentang didalam kehidupan banyak sekali membutuhkan perhitungan yang memakai ilmu matematika, dan lain – lain. Pada saat ini saya membahas tentang hubungan matematika lebih spesifik terutama psikologi dengan teori statistika.

Teori statistika dan psikologi berhubungan tidak ya? Terkadang kita tidak menyadari ternyata matematika ada hubungannya terhadap psikologi sehari – hari. Bicara pun terkadang kita memakai teori – teori yang ada di pendidikan matematika tanpa kita sadari. Didalam pendidikan matematika banyak sekali teori – teori atau pelajaran yang kita pelajari selama sekolah, tetapi hanya beberapa yang sangat berhubungan dengan psikologi seperti logika, statiska,peluang, dan lain – lain.
Sebelum membahas hubungan teori statiska dan psikologi saya akan membahas definisi masing – masing. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Sedangkan Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia yang memfokuskan pada perilaku individual dan meliputi perilaku yang luas dalam hubungan dengan lingkungannya.

Setelah kita mengetahui definisi dari masing – masing kata tersebut baru saya menjelaskan hubungan statistika dengan psikologi sehari – hari. Teori statistika dalam pelajararan matematika meliputi beberapa teori seperti rata-rata, modus, kuartil, jangkauan, simpangan kuartil, simpangan baku, dan simpangan rataan. Dari sekian teori statiska saya akan mengambil salah satu teori statiska yaitu modus, modus adalah data yang paling sering muncul.

Saya mengambil data tentang berapa banyak orang yang pada waktu memilih SMA dan UNIVERSITAS dengan pilihan yang saya berikan yaitu :
A. Memilih sendiri SMA dan UNIVERSITAS yang di inginkan
B. Dipilih kan oleh orang tua SMA dan UNIVERSITAS yang menurut orang tua bagus
C. Memilih SMA dan UNIVERSITAS dengan cara ikut – ikutan teman



Dari beberapa orang yang saya tanyakan tentang hal tersebut sebagai berikut hasilnya:
(A) : 26 orang
(B) : 23 orang
(C) : 3 orang

Dimisalkan
- Memilih sendiri SMA dan UNIVERSITAS yang di inginkan sebagai (A)
- Dipilih kan oleh orang tua SMA dan UNIVERSITAS yang menurut orang tua bagus sebagai (B)
- Memilih SMA dan UNIVERSITAS dengan cara ikut – ikutan teman sebagai (C)
Kesimpulan dari data tersebut modusnya adalah lebih banyak memilih sendiri SMA dan UNIVERSITAS yang di inginkan.

PENYELESAIAN

Pada umur 11 – 20 tahun memang masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri dan suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.

Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

Modus dari data tersebut adalah memilih sendiri SMA dan UNIVERSITAS yang dinginkan karena remaja merasa sudah dewasa, dapat berpikir logis, bisa membayangkan sesuatu yang mereka inginkan dimasa depan, dan pada umur tersebut pula biasanya remaja tidak dengan dengan orang tua sehingga mereka lebih yakin dengan pilihan dirinya sendiri daripada pilihan orang tua.

refrensi

- http://id.wikipedia.org/wiki/Statistika
- Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

1 komentar: